Orang Indonesia juga, pada umumnya menganggap dirinya belum makan kalau mereka belum makan beras (dalam hal ini nasi atau bubur yang terbuat dari beras). Karena sudah menjadi kebiasaan makan beras (nasi), maka tidak sedikit juga orang Indonesia memilih bubur yang berbahan dasar beras untuk dijadikan sebagai sarapan mereka.
Belakangan, makin banyak orang yang memilih bubur instan sebagai menu sarapan karena dianggap lebih cepat dan praktis. Namun, oleh ahli gizi menyarankan agar masyarakat sebaiknya tidak mengonsumsi bubur instan. Selain karena nilai gizinya yang tidak memadai, bubur instan juga bisa berdampak buruk bagi kesehatan Anda.
Jumlah kebutuhan kalori yang dibutuhkan dari sarapan berkisar 25-30 persen dari total kebutuhan sehari. Artinya, jika kebutuhan kalori kita 2.000, jumlah yang diharapkan terpenuhi dari sarapan berkisar 500-600 kkal. Dalam semangkuk bubur yang dimasak sendiri, mungkin Anda hanya mengonsumsi sekitar 50 gram beras karena kandungan airnya banyak. Sehingga, kelihatannya Anda mengonsumsi banyak (dalam bentuk bubur beratnya berkisar 200 gr). Dari 50 gram tersebut, hanya mengandung sekitar 318 kkal, 10 gram protein, 4,2 gram lemak, dan 57 gram karbohidrat.
Dengan sarapan bubur yang dimasak sendiri, berarti kebutuhan yang dicapai hanya sekitar 63 persen dari total yang direkomendasikan. Sedangkan bubur instan, hanya mengandung 210 kkal, 9 gr protein, 3,6 lemak, dan 39 gr karbohidrat atau tidak sampai 50 persen dari yang direkomendasikan. Dengan kata lain, meskipun tidak jauh berbeda, dari segi nilai gizi dapat dikatakan bahwa bubur yang dibuat sendiri lebih baik dibandingkan bubur instan.
Bubur instan memiliki serat yang lebih rendah, sehingga lebih cepat dicerna. Dengan begitu, orang yang mengonsumsi bubur instan cenderung cepat merasa lapar kembali. Selain hal tersebut, pada makanan instan umumnya juga diberikan tambahan zat seperti pengawet, gula tambahan, dan pewarna makanan seperti sunset yellow. Yang tidak kalah mengkhawatirkan juga adalah kandungan sodium pada bubur instan yang sangat tinggi. Kadar sodium yang berlebihan dapat menyebabkan penumpukan pada ginjal, sehingga membentuk batu ginjal. Karena faktor tersebut orang yang sering mengonsumsi makanan instan, risiko terkena penyakit ginjal akan meningkat juga.
Karena hal demikianlah disarankan untuk sarapan dengan bubur yang dimasak sendiri, bukan bubur instan. Bahkan, penting untuk dilengkapi dengan tambahan asupan lain. Misalnya, menambahkannya dengan segelas susu, dan setelahnya mengkonsumsi buah. Jika hanya mengonsumsi bubur, pasti kebutuhan kalori untuk tubuh masih kurang. Selain hal tersebut, bisa juga dengan menambah bubur dengan sayuran dan sumber protein lain seperti telur, ayam, atau tempe. Dan semuanya tidak bisa diperoleh pada bubur instan.
Jumlah kebutuhan kalori yang dibutuhkan dari sarapan berkisar 25-30 persen dari total kebutuhan sehari. Artinya, jika kebutuhan kalori kita 2.000, jumlah yang diharapkan terpenuhi dari sarapan berkisar 500-600 kkal. Dalam semangkuk bubur yang dimasak sendiri, mungkin Anda hanya mengonsumsi sekitar 50 gram beras karena kandungan airnya banyak. Sehingga, kelihatannya Anda mengonsumsi banyak (dalam bentuk bubur beratnya berkisar 200 gr). Dari 50 gram tersebut, hanya mengandung sekitar 318 kkal, 10 gram protein, 4,2 gram lemak, dan 57 gram karbohidrat.
Dengan sarapan bubur yang dimasak sendiri, berarti kebutuhan yang dicapai hanya sekitar 63 persen dari total yang direkomendasikan. Sedangkan bubur instan, hanya mengandung 210 kkal, 9 gr protein, 3,6 lemak, dan 39 gr karbohidrat atau tidak sampai 50 persen dari yang direkomendasikan. Dengan kata lain, meskipun tidak jauh berbeda, dari segi nilai gizi dapat dikatakan bahwa bubur yang dibuat sendiri lebih baik dibandingkan bubur instan.
Bubur instan memiliki serat yang lebih rendah, sehingga lebih cepat dicerna. Dengan begitu, orang yang mengonsumsi bubur instan cenderung cepat merasa lapar kembali. Selain hal tersebut, pada makanan instan umumnya juga diberikan tambahan zat seperti pengawet, gula tambahan, dan pewarna makanan seperti sunset yellow. Yang tidak kalah mengkhawatirkan juga adalah kandungan sodium pada bubur instan yang sangat tinggi. Kadar sodium yang berlebihan dapat menyebabkan penumpukan pada ginjal, sehingga membentuk batu ginjal. Karena faktor tersebut orang yang sering mengonsumsi makanan instan, risiko terkena penyakit ginjal akan meningkat juga.
Karena hal demikianlah disarankan untuk sarapan dengan bubur yang dimasak sendiri, bukan bubur instan. Bahkan, penting untuk dilengkapi dengan tambahan asupan lain. Misalnya, menambahkannya dengan segelas susu, dan setelahnya mengkonsumsi buah. Jika hanya mengonsumsi bubur, pasti kebutuhan kalori untuk tubuh masih kurang. Selain hal tersebut, bisa juga dengan menambah bubur dengan sayuran dan sumber protein lain seperti telur, ayam, atau tempe. Dan semuanya tidak bisa diperoleh pada bubur instan.
Demikianlah Artikel tentang "Kebiasaan Mengonsumsi Bubur Instan", yang saya publikasikan pada Blog Berbagai Artikel Menarik. Semoga Artikel ini menarik dan bermanfaat untuk Anda.
Baca juga :
- Sumber Makanan Antioksidan
- Memilih Krim Awet Muda yang Tepat
- Apa Yang Terjadi Ketika Mengalami Obesitas
- Cara cepat mengobati Angular Cheilitis (luka pada sudut bibir)
- Sembuhkan Hepatitis (Sakit Kuning) pada Ibu Hamil dengan Daun Sukun
Share this article to your friends :
ternyata makanan yang instant-instant itu ga baik ya gan buat kesehatan :)
ReplyDeletemenurut ahli gizi, katanya si begitu gan....
Deletesalah satu contonya adalah bubur instan.
makanya kalau soal bubur, saya lebih suka bubur buatan ibu saya.... :D
hmmm.. sama kalau begitu gan.. walau gimana pun bubur buatan ibu itu ada bumbu yg spesialnya, yaitu kasih sayang... hhhe :)
ReplyDeletebetul... g-)
Deletemakanya..., pas hari kasih sayang atau hari ibu, jangan lupa bikin bubur yang spesial buat ibu kita. :D